Sabtu, 09 Mei 2009

Cakar Maut Flu Burung


KERAP kecolongan dalam menangani penyakit berbahaya tak membuat para pejabat kita lebih waspada. Saat virus flu burung alias Avian influenza menyerang jutaan unggas di berbagai daerah pada awal tahun lalu, pembasmian tidak dilakukan maksimal. Kini mereka baru tergopoh-gopoh menyusun seribu rencana setelah virus maut ini semakin menyebar dan akhirnya merenggut jiwa manusia.

Kabar duka itu tersiar dari Tangerang, Banten. Iwan Siswara Rafei, 37 tahun, seorang warga Serpong, tiba-tiba tewas setelah mengalami flu berat dan demam. Kematian yang mencurigakan karena empat hari sebelumnya anak bungsunya yang menderita sakit yang sama juga meninggal. Hanya berselang sehari setelah Iwan berpulang, anaknya yang kedua pun menyusul.


Sesudah melakukan penelitian, Menteri Kesehatan Siti Fadhilah Supari melontarkan kecurigaan: mereka terkena virus flu burung. Kontroversi terjadi karena pada waktu yang berimpitan, Menteri Pertanian Anton Apriantono tetap berkeyakinan virus H5N1 yang menyerang unggas di Indonesia tidak berbahaya bagi manusia. Buktinya, ada orang Sulawesi Selatan yang positif terkena virus ini sampai kini masih segar-bugar.


Keyakinan itu ternyata keliru. Khalayak terhenyak ketika hasil uji di laboratorium rujukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Hong Kong diumumkan pekan lalu. Terbukti Iwan dan anaknya positif terkena H5N1, subtipe virus flu burung yang ganas. Inilah pertama kali korban manusia yang meninggal karena virus flu burung ditemukan di Indonesia. Sebelumnya virus ini telah membunuh 6 orang di Hong Kong pada 1997, kemudian menyebar ke negara Asia lainnya. Di Vietnam mematikan 14 orang pada 2004, dan di Thailand menyebabkan 5 orang meninggal pada tahun yang sama.


Jika sang Menteri saja semula kurang yakin tentang bahaya virus maut itu bagi manusia, bisa dibayangkan bagaimana keseriusannya melakukan pencegahan selama ini. Di atas kertas, memang tidak ada kemajuan. Data Departemen Pertanian menyebut, sampai Februari 2004 flu burung telah mematikan sekitar 6,2 juta unggas di 80 kabupaten yang tersebar di 11 provinsi. Kini wabah ini justru merebak ke 132 kabupaten/kota di 21 provinsi, dan total unggas yang mati bertambah menjadi 9,5 juta ekor.


Bukan berarti tidak ada upaya yang dilakukan. Sebuah pedoman tentang pemberantasan flu burung telah dikeluarkan oleh Dirjen Bina Produksi Peternakan pada Februari 2004. Petunjuknya lengkap, mulai dari karantina hewan yang terkena virus, vaksinasi, pemusnahan, sampai urusan penyadaran masyarakat. Hanya pelaksanaannya yang kurang serius, dan juga kurang dana. Karena tak mendapat pasokan, banyak peternak membeli vaksin tak resmi yang terkadang palsu.


Pernyataan menteri yang berbeda nada juga menggambarkan tidak adanya koordinasi yang rapi dalam mengatasi flu burung. Belum lagi soal anggaran. Setelah Iwan dan dua anaknya meninggal, barulah pemerintah mencari dana untuk mengatasi wabah itu. Padahal flu burung telah meluas tahun lalu. Menteri Pertanian akhirnya memakai separuh anggaran tanggap darurat sebesar Rp 104 miliar, yang semula untuk membeli bibit tanaman dan ternak serta menangani bencana.


Kini pemerintah baru tergerak pula meneliti penyebaran flu burung ke Indonesia. Diduga virus H5N1 ditebarkan oleh rombongan burung yang bermigrasi dari Australia ke daratan Asia dan sebaliknya. Burung-burung liar yang suka beristirahat di pesisir Indramayu dan Cirebon itu sering ditangkap penduduk untuk dijual. Selama ini juga tidak ada larangan atau peringatan dari pemerintah kepada masyarakat agar mewaspadai burung-burung penebar maut itu.


Seabrek pekerjaan rumah yang tertunda membuat upaya pembasmian flu burung sekarang bertambah berat. Apalagi pemerintah juga harus mengungkap teka-teki, dari mana sebenarnya Iwan dan anaknya tertular virus itu. Mengungkap misteri ini amat penting agar mata rantai penularan bisa diputus segera.


Seharusnya pula pemerintah melakukan langkah pemusnahan ternak yang terbukti mengidap virus flu burung sejak dini. Sejak April lalu di Tangerang terdapat peternakan babi yang dipastikan terkena flu burung. Tapi baru sekarang upaya pemusnahan dilakukan, termasuk terhadap unggas dalam radius tiga kilometer dari peternakan itu. Untuk menghindari kesalahan yang sama, aksi pemusnahan mesti segera dilakukan pula terhadap sejumlah peternakan di daerah lain yang berstatus "tertular" seperti di sejumlah kabupaten di Sumatera Utara.


Pemerintah juga perlu membuka semua kasus flu burung di pelosok mana pun di negeri ini. Sebab, sikap menutup diri justru akan mengundang bahaya lebih besar. Ini pernah dilakukan Cina saat diserang sindrom pernapasan akut parah (SARS). Akibatnya fatal, karena virus dibiarkan menyebar ke negara lain. Menangani flu burung pun mesti dilakukan dengan terbuka dan membutuhkan kerja sama dengan negara lain serta WHO, karena keganasannya mengancam seluruh umat manusia.

Sumber Tulisan: Majalah TEMPO Edisi. 22/XXXIV/25 - 31 Juli 2005

Sumber :
http://www.pdat.co.id/hg/opinions_pdat/2005/07/27/opn,20050727-01,id.html

Sumber Gambar:
http://www.peterkuper.com/stock_jpgs_j/images/Avian%20Flu_j.jpg

RYSALEPAVIZ, Sistem Pencegah Penyebaran Virus Flu Burung


Sudah hampir satu tahun lamanya, terdapat sebuah ruang riset di lantai tiga Labtek V ITB. Banyak orang bertanya-tanya mengenai keberadaan ruang riset virus avian influenza ini, dikarenakan keheranan letaknya. Sepertinya, riset virus avian influenza sangat kental dengan hal biologis dan alami, namun diletakkan di gedung Labtek V yang notabene adalah gedung yang banyak dipakai untuk kegiatan teknik Informatika.

18 Maret tahun lalu (2007-red), sebuah tim riset yang dibentuk dan dipimpin oleh Ria Moedomo berhasil menjadi pemenang “Qualcomm Wireless Reach BREW (Binary Runtime Environtment Wireless) Application Funding”, dan berhak memperoleh pendanaan 100.000 USD untuk dapat mengembangkan sistem yang dirancangnya.

Aplikasi ini memang bukan ditujukan untuk memerangi virus Avian Influenza secara frontal, namun merupakan sebuah sistem informasi yang terintegrasi dengan baik, sehingga dapat mencegah penyebaran virus yang membahayakan tersebut untuk menyebar lebih luas. Ditemui di ruang risetnya, Ria menjelaskan bahwa latar belakang diciptakannya ide untuk membuat sistem RYSALEPAVIZ adalah perhatiannya terhadap penyebaran virus flu burung di Indonesia. “Penyebaran virus ini terutama disebabkan karena proses jual-beli unggas, terutama ayam buras”, kata Ria. Hal ini bukannya tanpa alasan, setelah melakukan penelitian di wilayah Bandung dan sekitarnya, didapat kenyataan bahwa penyebaran virus ini terutama dikarenakan letak peternakan ayam buras yang memang lebih sporadis, dan masih terletak di daerah pedalaman. Para peternak ayam buras ini umumnya masih merupakan pengusaha skala menengah ke bawah dan minim pengetahuan, sehingga sulit untuk dikontrol. Sedangkan untuk peternakan ayam broiler, cenderung memiliki modal dan pengetahuan yang cukup. Biasanya setelah diternakkan, ayam buras yang akan dijual akan dikumpulkan terlebih dahulu di pedagang pengumpul, baru selanjutnya dijual di pasar-pasar tradisional. Untuk penelitian ini, Ria mendapati bahwa suplai ayam buras di daerah Bandung didapat dari Banjaran, Garut, dan Soreang.

“Aplikasi ini akan digunakan oleh seluruh mata rantai yang terkait dalam proses jual-beli ayam buras, mereka akan dibekali dengan sebuah handphone untuk memasukkan informasi mengenai lokasi, jumlah, maupun identitas, dan kesemua informasi tersebut akan dikirimkan ke sebuah server,” jelas Ria. Dengan cara tersebut, maka jika terjadi kasus flu burung di suatu daerah dalam radius tertentu, informasi-informasi mengenai pasar yang terletak dalam radius, dan proses transaksi yang terjadi dapat dilacak balik, sehingga dapat mengetahui lebih cepat rantai penyebarannya, dan dapat dilakukan tindakan yang perlu secepatnya.

Ada tiga modul yang rencananya akan diakomodasi oleh aplikasi ini. Pertama adalah supply chain, yaitu modul yang menangani mata rantai penjualan ayam buras. Kedua adalah modul Surveillance, modul ini dapat digunakan oleh petugas untuk menelusuri proses jual-beli ayam buras bila terjadi kasus flu burung. Sedangkan modul ketiga adalah modul lalu-lintas dan distribusi. Sampai saat ini modul yang baru terealisasi baru modul supply chain. Diharapkan, dalam waktu dekat, modul kedua dan ketiga dapat terealisasi juga.

Sampai saat ini, riset telah diadakan dan mulai diimplementasikan di Pasar Astanaanyar, bekerjasama dengan Dinas Peternakan Jawa Barat dan Kota Bandung. Ria memiliki harapan bahwa aplikasi RYSALEPAVIZ ini dapat digunakan secara kontinu dan berkepanjangan, sehingga riset yang dilakukan beliau bersama timnya tidak menjadi sia-sia. Untuk dapat mewujudkannya, perlu dukungan dari semua pihak, baik itu dukungan moral, maupun para investor yang bersedia untuk bekerjasama mengembangkan proyek ini.

Ria Moedomo sendiri adalah seorang mahasiswa S3 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Menurut Ria, menjadi seorang peneliti dimulai dari hal kecil terlebih dahulu. Mulailah melihat keadaan sekitar, tidak perlu berpikiran bahwa penelitian harus berupa sesuatu yang sangat canggih. Mungkin saja permasalahan di sekitar kita menuntut kita untuk dapat menemukan solusinya. Dari situ, baru dilakukan penelitian lebih lanjut, dan mencari tahu mengenai solusi yang mungkin didapatkan. (21 Juli 2008)

Sumber :
http://www.itb.ac.id/news/2166.xhtml
10 Mei 2009

Sumber Gambar:
http://avianflu.unair.ac.id/images/ekologi2.jpg

Pengobatan Flu Burung




Penanganan flu burung dapat dilakukan dengan pengobatan atau pemberian obat flu seperti Tamiflu atau jenis lainnya, tapi harus tetap dalam pengawasan dokter atau pihak rumah sakit yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan RI.

Jenis obat penanggulangan infeksi flu burung ada 2, pertama adalah obat seperti amantadine dan rimantadine yaitu ion channel (M2) blocker, yang menghalagi aktivitas ion channel dari virus flu jenis A dan bukan jenis B sehingga aliran ion hydrogen dapat diblok dan virus tidak dapat berkembang biak.

Sayang sekali bahwa jenis obat yang pertama ini dapat memicu tingkat resistensi virus terhadap zat obat, sehingga di hari ke 5 hingga ke 7 setelah konsumsi obat, 16-35% dari virus akan resisten karena adanya mutasi pada protein M2 pada virus. Oleh karena itu, obat jenis ini tidak dijual bebas di sembarang apotik, meskipun dengan pemberian resep dokter, karena dikhawatirkan kesalahan pemberian obat dapat menimbulkan munculnya jenis virus baru yang lebih ganas dan kebal terhadap obat ini.

Jenis obat yang kedua adalah Neurimidase (NA) inhibitor, jenis seperti Zanamivir dan Oseltamivir, dengan protein NA-nya yang berfungsi melepaskan virus yang bereplikasi di dalam sel, sehingga virus tidak dapat keluar dari dalam sel. Virus ini nantinya akan menempel di permukaan sel saja dan tidak akan pindah ke sel yang lain. Jenis obat yang kedua ini tidak menimbulkan resisten pada tubuh virus seperti jenis pada ion channel blocker.

Hingga sekarang peneliti telah berusaha keras untuk menciptakan jenis vaksin yang dapat mengantisipasi pandemik virus H5N1, namun karena virus ini selalu bermutasi maka dirasa penciptaan vaksin yang efektif tidak dapat cukup kuat melawan jenis virus H5N1 yang sekarang walaupun dirasa dapat efektif untuk mengantisipasi jenis baru yang akan muncul.

Walaupun penelitian vaksin jenis baru sedang digalakkan, WHO mengatakan bahwa percobaan klinis virus jenis pertama haruslah tetap dilakukan sebagai langkah yang esensial untuk mengatasi pandemik yang mungkin akan terjadi.

Walaupun begitu, alangkah lebih baik jika masyarakat melakukan pencegahan dan melakukan beberapa tindakan yang benar untuk mengantisipasi serangan flu burung. Tak perlu panik dan berlebih, hanya perlu untuk memperhatikan beberapa hal berikut :

1. Gunakan pelindung (Masker, kacamata renang, sarung tangan) setiap berhubungan dnegan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas
2. Setiap hal yang berasal dari saluran cerna unggas seperti sekresi harus ditanam/dibakar supaya tidak menular kepada lingkungan sekitar
3. Cuci alat yang digunakan dalam peternakan dengan desinfektan
4. Kandang dan Sekresi unggas tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
5. Memasak daging ayam dengan benar pada suhu 80 derajat dalam 1 menit dan membersihkan telur ayam serta dipanaskan pada suhu 64 derajat selama 5 menit.
6. Menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.

Yang paling penting adalah :

Menjauhkan unggas dari pemukiman manusia untuk mengurangi kontak penyebaran virus
Segera memusnahkan unggas yang mati mendadak dan unggas yang jatuh sakit utnuk memutus rantai penularan flu burung, dan jangan lupa untuk mencuci tangan setelahnya.
Laporkan kejadian flu burung ke Pos Komando Pengendalian Flu Burung di nomor 021-4257125 atau dinas peternakan-perikanan dan dinas kesehatan daerah tempat tinggal anda.

Sumber :
http://fluburung.org/pengobatan-flu-burung.asp
10 Mei 2009

Sumber Gambar:
http://www-jmg.ch.cam.ac.uk/data/molecules/misc/tamiflu.gif
http://www.drug3k.com/img2/tamiflu_11416_4_(big)_.jpg

Flu Burung


Penanggung Jawab: Titte K. Adimidjaja
Editor: Tri Djoko Wahono
Tim Penulis: Kristina, Isminah, Leny Wulandari


I. PENDAHULUAN

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.

Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).

Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.

Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).

Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah wilayah Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.

Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.

II. EPIDEMIOLOGI

1. Penyebab
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 �C dan lebih dari 30 hari pada 0 �C. Virus akan mati pada pemanasan 60 �C selama 30 menit atau 56 �C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.

2. Gejala
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a. Gejala pada unggas
- Jengger berwarna biru
- Borok di kaki
- Kematian mendadak
b. Gejala pada manusia
- Demam (suhu badan diatas 38 �C)
- Batuk dan nyeri tenggorokan
- Radang saluran pernapasan atas
- Pneumonia
- Infeksi mata
- Nyeri otot

3. Masa Inkubasi
- Pada Unggas : 1 minggu
- Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .

4. Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.

5. Penyebaran
Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain:
� Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung.
� Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian.
� Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A (H5N1) dan satu orang meninggal.
� Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal.
� Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand, 14 di Vietnam)

III. PENCEGAHAN

a. Pada Unggas:
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
b. Pada Manusia :
1.Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
f. Imunisasi.
2.Masyarakat umum
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu � 800 �C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu � 640 �C selama 4,5 menit.

IV. PENGOBATAN

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah.
1) Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2) Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4) Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

V. KEBIJAKAN PEMERINTAH

Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Memberikan konpensasi bagi peternakan rakyat selama 6 bulan dari 29 Januari � 30 Juli 2004 berupa DOC dan Pakan.
b. Memusnahkan semua unggas yang terserang flu burung dengan cara dibakar.
c. Mengadakan vaksinasi bagi ayam atau ternak unggas yang masih sehat.
d. Melakukan tindakan biosekuriti (pengawasan secara ketat terhadap lalu-lintas unggas produk unggas dan limbah peternakan unggas) untuk daerah yang bebas flu burung.

VI. KESIMPULAN

1. Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1.
2. Tingkat kematian flu burung tinggi (CFR 76%) tetapi di Indonesia belum ditemukan adanya kasus pada manusia.
3. Perlu kewaspadaan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan.

VI. SARAN

Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada.

Sumber :
http://www.litbang.depkes.go.id/mask...fluburung1.htm
10 Mei 2009

Sumber Gambar:
http://www.komnasfbpi.go.id/files/Flyer_Final_29_dec.jpg

Serba Serbi Flu Burung



1. Apa itu Flu Burung?
2. Apakah flu burung sudah sampai Indonesia?
3. Saya memiliki burung peliharaan. Bagaimana saya tahu apakah burung peliharaan saya tertular flu burung?
4. Apakah manusia dapat tertular flu burung, dan apakah mengakibat efek yang mematikan?
5. Beberapa lama masa inkubasi virus flu burung?
6. Apakah gejala-gejala flu burung?
7. Apa yang harus saya lakukan apabila saya merasa tertular flu burung?
8. Bagaimana virus ini tertular kepada manusia?
9. Apakah ada obat untuk flu burung?
10. Apakah terdapat vaksin untuk virus Flu Burung?
11. Apa yang dapat kami perbuat untuk pencegahan flu burung di lingkungan rumah?
12. Bagaimana kami menjaga diri sendiri dari penularan flu-burung?
13. Pekerjaan apa saja yang berisiko terserang infeksi flu burung?
14. Apakah aman untuk memakan daging ayam dan produk unggas/burung lainnya?

Sumber: World Health Organization

1. Apa itu Flu Burung?
Flu burung atau Avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas


2. Apakah flu burung sudah sampai Indonesia?
Flu burung pertama kali di laporkan di Indonesia pada bulan Agustus 2003. Sampai awal Desember 2006, virus ini sudah dilaporkan di 30 propinsi di Indonsia.


3. I have domestic birds. How would I know if my domestic birds have
bird flu?
Website Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) menyediakan informasi bagaimana mendeteksi apakah burung atau unggas tertular flu burung. Dapat juga dengan melihat website Departemen Pertanian mengenai informasi umum flu burung secara umum ( http://www.deptan.go.id/ ) atau di website Directorate Kesehatan Hewan Departemen Pertanian di ( http://keswan.ditjennak.go.id/ )


4. Saya memiliki burung peliharaan. Bagaimana saya tahu apakah burung peliharaan saya tertular flu burung?
Iya, manusia dapat tertular flu burung. Akan tetapi perlu diingat bahwa saat ini penyakit ini pada manusia masih sangat jarang.

5. Beberapa lama masa inkubasi virus flu burung?
Masa inkubasi virus flu burung adalah 2-10 hari setelah terpapar. Akan tetapi, sebagian besar kasus menunjukkan gejala setelah 3-5 hari setelah terpapar oleh virus tersebut..

6. Apakah gejala-gejala flu burung?
Gejala-gejala awal flu burung seringkali sama dengan influenza musiman manusia (batuk, sakit tenggorokan, demam tinggi, sakit kepala, sakit otot, etc). Penyakit ini dapat berkembang menjadi pneumonia dimana mungkin akan terjadi, kekurangan angin, susah bernafas dan gagal pernafasan.
back to top

7. Apa yang harus saya lakukan apabila saya merasa tertular flu burung?
Apabila anda merasa telah terpapar dengan flu burung dan anda mulai menunjukkan gejala-gejala menyerupai influenza, segeralah cari perhatian medis.

8. Bagaimana virus ini tertular kepada manusia?
Virus ini dapat ditemukan dalam feces dan sekresi pernafasan burung dan unggaas. Sebagiam besar kasus manusia tertular akibat kontak langsung dari burung/unggas yang sakit, walaupun kontaminasi lingkungan oleh virus tersebut dapat juga sebagai sumber penularan..

9. Apakah ada obat untuk flu burung?
Selain perawatan medis intensif, Oseltamivir (teregistrasi sebagai Tamiflu) merupakan obat anti-viral utama untuk flu burung. Tamiflu akan efektif apabila diberikan pada tahap awal perkembangan penyakit flu burung. Tamiflu di Indonesia tersedia di semua Rumah Sakit Rujukan Flu Burung (lihat dafter Rumah Sakit Rujukan Flu burung ).

10. Apakah terdapat vaksin untuk virus Flu Burung?
Saat ini belum terdapat vaksin manusia untuk flu burung. Para peneliti sedang mengamati perkembangan situasi dengan seksama untuk memstikan apabila virus berubah menjadi lebih menular kepada manusia mereka dapat mengembangkan vaksin yang khusus untuk mutasi virus baru tersebut.

11. Apa yang dapat kami perbuat untuk pencegahan flu burung di lingkungan rumah?

Menjaga kebersihan lingkungan (khususnya kadang unggas dan burung).
Menjaga kebersihan diri (cuci tangan dengan sabun)
Menjauhkan kandang unggas dan burung (ayam, itik dan burung) dari rumah/tempat tinggal.
Gunakan penutup hidung dan sarung tangan bila akan mengolah tanaman dengan pupuk kandang.
Jangan membuang kotoran (jeroan, bulu ayam, dll.) sembarangan, bungkuslah dengan plastik dan buang di tempat sampah.
Bersihkan makanan ternak/burung yang terccer di tanah/lantai, agar tidak mengundang burung liar datang.

12. Bagaimana kami menjaga diri sendiri dari penularan flu-burung?

Rajin cuci tangan dengan sapun atau cairan antiseptiksetelah menangani unggas/burung.
Bersihlah permukaan dengan detergen, cairan alkohol (70%) atau pemutih/khlorin (0.5%).
Gunaknlah penutup mulut dan hidung, sarung tangan, dan sepatu boot apabila memasuki daerah yang telah terjangkiti atau sedang terjangkit virus flu burung.
Amati dengan teliti kesehatan anda apabila telah melakukan kontak dengan unggas/burung. Segeralah cari perhatian medis apabila timbul gejala-gejala demam, infeksi mata, dan/atau kesulitan bernafas.
Juga

Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, cepat-cepat cuci tangan pakai sabun dan laporkan ke kepala desa.
Cuci pakai sabun tangan dan juga peralatan masak Anda sebelum makan atau memasak. Masak ayam dan telur ayam sampai matang.
Pisahkan unggas dari manusia. Dan juga pisahkan unggas baru dari unggas lama selama dua minggu.
Periksakan ke puskesmas jika mengalami gejala flu dan demam setelah berdekatan dengan unggas.

13. Pekerjaan apa saja yang berisiko terserang infeksi flu burung?

Peternak ayam/burung/unggas lainnya.
Pemotong ayam/burung/unggas lainnya.
Penjual produk-produk ayam/burung/unggas (daging, telur, dst.)
Pemelihara ayam/burung/unggas lainnya
Petugas laboratorium yang meneliti/memeriksa penyakit flu burung
Orang-orang yang tinggal di daerah dimana terdapat kematian unggas/burung secara tiba-tiba yang mencirikan infeksi flu burung
Orang-orang yang telah melakukan kontak dekat, secara langsung dan tanpa perlindungan dengan kasus manusia yang telah terkonfirmasi tertular flu burung

14. Apakah aman untuk memakan daging ayam dan produk unggas/burung lainnya?
Iya, aman untuk memakan produk-produk unggas apabila telah dimasak secara matang (goreng, rebus atau panggang). Jangan memakan daging unggas/bird yang masih berwarna merah muda atau telur setengah matang.

Sumber :
http://www.who.or.id/ind/php/faq_avian.php
10 Mei 2009

Sumber Gambar :
http://farm1.static.flickr.com/40/103187176_8181794bdd_o.jpg

Waspada Flu Burung


PENGERTIAN
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza.

DEFINISI KASUS
1. Kasus Suspek

Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam (temp > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu keadaan;

# seminggu terakhir mengunjungi petemakan yang sedang berjangkit klb flu burung
# kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan
# bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung

2. Kasus "Probable"

Kasus "probale" adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan;

# bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1), misal : Test HI yang menggunakan antigen H5N1
# dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonialgagal pernafasan/ meninggal
# terbukti tidak terdapat penyebab lain

3. Kasus Kompermasi

Kasus kompermasi adalah kasus suspek atau "probale" didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium;

# Kultur virus influenza H5N1 positip
# PCR influenza (H5) positip
# Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali

GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang ditemui seperti gejala flu pada umumnya, yaitu; demam, sakit tenggorokan. batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas. Dalam waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih berat berupa peradangan di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian.

ETIOLOGI DAN SIFAT
Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu; dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C.

Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit.

Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain.

Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.

MASA INKUBASI
Masa inkubasi virus influenza bervariasi antara 1 � 7 hari.

SUMBER DAN CARA PENULARAN
Penularan Flu burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan kematian tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu pertenakan, bahkan dapat menyebar dari satu pertenakan ke peternakan daerah lain. Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas terserang Flu Burung. Adapun orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung (H5N1) ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas.

Hal lain, belum ada bukti terjadi penularan dari manusia ke manusia. Disamping itu, belum bukti adanya penularan pada manusia melalui daging unggas yang dikonsumsi.

UPAYA PENCEGAHAN
Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan tindakan sebagai berikut :

# Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata renang)
# Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik ( ditanam / dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.
# Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan
# Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
# Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80°C selama 1 menit, sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64°C selama 5 menit.
# Melaksanakan kebersihan lingkungan.
# Melakukan kebersihan diri.

Sumber :
http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=214
10 Mei 2009

Sumber :
http://www.unicef.org/influenzaresources/files/avian_influenza.jpg

Flu Burung


Flu burung (bahasa Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.

Sumber Penularan

Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.

Cara Penularan

Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.

Gejala dan Perawatan

Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernafasan dan (mungkin) perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis.
Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter.

Kasus Penyebaran

Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, Indonesia, yang disebabkan oleh flu burung subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya di Asia Tenggara (Thailand, Kamboja, dan Vietnam), kasus ini dianggap unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas.
Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada manusia yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut (lihat sumber):
Indonesia — 99 kasus dengan 79 kematian.
Vietnam — 93 kasus dengan 42 kematian.
Mesir — 34 kasus dengan 14 kematian.
Thailand — 25 kasus dengan 17 kematian.
Republik Rakyat Cina — 25 kasus dengan 16 kematian.
Turki — 12 kasus dengan 4 kematian.
Azerbaijan — 8 kasus dengan 5 kematian.
Kamboja — 7 kasus dengan 7 kematian.
Irak — 3 kasus dengan 2 kematian.
Laos — 2 kasus dengan 2 kematian.
Nigeria — 1 kasus dengan 1 kematian.
Djibouti — 1 kasus tanpa kematian.
Keterangan: jumlah kasus yang dilaporkan WHO adalah jumlah kasus yang telah diverifikasi dengan hasil laboratorium.

Awal Wabah

Awal wabah pada peternakan di dunia yang telah dikonfirmasi sejak Desember 2003.
Wabah flu burung juga melanda benua Afrika. Pada 8 Februari 2006, OIE mengumumkan Nigeria sebagai negara pertama yang memiliki kasus positif flu burung di benua itu. Dua pekan kemudian, virus H5N1 ditemukan di sebuah desa kecil di Niger, sekitar 72 km dari perbatasannya dengan Nigeria. Virus ini juga menyebar ke Mesir dan Kamerun.

Desember 2003

Korea Selatan H5N1

Januari 2004
Vietnam H5N1
Thailand H5N11
Korea Utara H5N1
Jepang H5N1
Laos H5
Kamboja H5N1
Pakistan H7
Taiwan H5N2
Hongkong2 H5N11

Februari 2004

Vietnam H5N1
Indonesia H5N11
Korea Utara H5N11
Jepang H5N11
RRC H5N11
Amerika Serikat H2N2,H5N2,H7N2

Maret 2004

Vietnam H5
Kanada H7N31

April 2004

Thailand H51

Agustus 2004

Malaysia H5N1
Afrika Selatan H5N2

April 2005

Korea Utara H7

Juni 2005

Jepang H5N2

Juli 2005

Filipina H5
Rusia H5N11

Agustus 2005

Kazakhstan H5
Mongolia H5N11

Oktober 2005

Rumania H5
Turki H5N11
Kroasia H5N11

November 2005

Vietnam H5N11

Keterangan 1 - Flu burung patogenik tinggi (Highly Pathogenic Avian Influenza) (HPAI)
(Sumber: http://www.info.gov.hk/info/flu/eng/global.htm)

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung
10 Mei 2009

Sumber Gambar:
http://ec.europa.eu/health/ph_threats/com/Influenza/images/influenza.jpg